Secangkir kopi dan sebatang rokok memulai harinya pagi itu. Peluit dan handuk warna putih tampak melingkar di leher pria yang tidak lagi muda ini. Matanya memandang tajam kendaraan dan orang waktu lalu lalang. Sesekali, ia menyeruput kopi dan menghisap rokoknya dalam-dalam. Berwajah terlihat gelap terkena asap kendaraan. Juga tersengat teriknya matahari.
Nama pria ini adalah Wawan (33). Profesinya adalah juru parkir di satu diantara minimarket yang beroperasi 24 jam di Gang Kelor, Matraman, Jakarta Timur. Tidak seperti umumnya, pagi itu ‘daerah kekuasaan’ nya masihlah sepi, tidak seramai umumnya. Ia juga asik nikmati tembakau dan ‘cairan hitam’ di cangkir yang pas ada di depannya. Sesekali, ia beranjak dan meniup peluit dan membenahi kendaraan yang datang.
" Pagi gini ngopi nggak akan enak mas bila tidak ngudut (merokok), " katanya pada VIVA. co. id, Kamis, 14 Januari 2016.
Merokok untuk Wawan telah jadi keperluan dan kebiasaan. Sembari menanti pengunjung yang datang, segelas kopi, sebungkus rokok dan gorengan bakal menemaninya sepanjang hari. Pria satu anak ini mengakui telah merokok mulai sejak masihlah duduk di sekolah menengah pertama. Saat itu, ia mengetahui rokok dari rekan sebayanya. Awalannya cuma ikutan. Tetapi saat ini, ia dapat menggunakan dua bungkus rokok sehari.
Pendapatannya sebagai juru parkir tidak menentu, sekitar pada Rp50 sampai Rp80 ribu per hari. Rp20 ribu bakal ia sisihkan untuk beli rokok. Baru bekasnya ia serahkan pada istrinya untuk berbelanja dan jajan anak. " Bila di tanya cukup apa tidak, ya sebenernya segitu tidak cukup, hanya kita atur saja. Kita cukup-cukupin, minjem atau bagaimana caranya, " katanya memberikan.
Senasib, Risman, sebagai sopir bajaj juga seseorang pecandu rokok. Dalam satu hari, sebungkus rokok dia butuhkan sendiri. Apabila mesti share rokok dengan rekan, terkadang ia dapat beli dua bungkus. Risman tidak dapat terlepas dari rokok. " Saya sih memanglah pas-pasan dari sisi keuangan, namun namanya rokok telah jadi sejenis keperluan. Ya seperti kita dan BBM atau beras lah. Ingin mahal juga tetep kita beli kan, perlu soalnya, " kata Risman sembari menghisap rokoknya, Kamis, 14 Januari 2016.